Keterangan Foto : Ilustrasi Melambungnya Harga Minyak Goreng/Nett
Kampar, (potretperistiwa.com) - Beberapa bulan belakangan ini, harga Tandan Buah Sawit (TBS), sudah mengalami peningkatan, tentunya dengan harga jual TBS yang tinggi para Petani sawit baik Mandiri atau Petani Sawit KKPA sudah mulai tersenyum. Artinya penghasilan mereka sebagai Petani Kebun Sawit sudah mencukupi atau bahkan boleh dibilang lebih.
Namun dari kebahagian Petani Sawit tersebut, justru bertolak belakang dengan Penikmat hasil Produksi dari Buat Sawit alias Minyak Goreng. Masyarakat sudah dibuat pusing dengan harga jual Minyak goreng. Ironisnya lagi selain harga Minyak Goreng yang melambung, masyarakat juga susah mencari stok Minyak Goreng di Pasaran. Entah karena Stoknya yang langkah atau justru ada Pedagang 'Nakal' yang sengaja menimbun Minyak Goreng sehingga terjadi kelangkahan di Pasaran.
Kelangkahan minyak goreng bukan isapan jempol belaka, dari hasil Investigasi Tim LSM Komunitas Peduli Hukum dan Penyelamatan Lingkungan (LSM KPH - PL) DPD Kabupaten Kampar menemukan di beberapa toko hingga mini market, ternyata memang benar stok minyak goreng kosong.
Keterangan Foto : Agusmar, S.Sos,I, Tim LSM KPH - PL DPD Kampar
" Beberapa tokoh dan mini market saya coba telusuri ternyata memang benar Minyak goreng stoknya kosong " ujar Agusmar selaku Tim LSM KPH - PL DPD Kampar.
Disampaikan Agusmar, sejuah ini pihaknya (Red- LSM KPH -PL DPD Kampar) belum menemukan adanya penimbunan minyak goreng, namun hal itu tidak menyurutkan pihaknya mendalami kelangkaan yang terjadi.
"Kita akan pantau terkait kelangkahan Minyak Goreng ini, selain itu juga saya menghimbau kepada para distributor, jangan sampai terjadi penimbunan," himbaunya.
Agusmar juga berharap kepada Pemerintah agar hal ini menjadi Perhatian khusus, jangan sampai nantinya warga khususnya Kabupaten Kampar kesulitan mencari minyak goreng apalagi ini mau memasuki bulan Ramadhan, harap dia.
Ditempat berbeda, mantan anggota DPRD Kabupaten Kampar Zulhendri Zainur saat diminta tanggapan oleh Media ini, mempertanyakan kondisi terkait mahalnya minyak goreng tersebut karena Indonesia khususnya Riau termasuk Provinsi yang tinggi akan produksi minyak goreng tersebut.
" Kalau terkait kenaikan harga sawit hanya segelintir masyarakat yang menikmati, tapi kalau minyak goreng mahal tentu semua masyarakat imbasnya dan pasti masyarakat menggunakannya " ujar Zulhendri sapaan akrab.
Sementara itu dikutip dari Beritasatu, Penyebab Kenaikan Harga CPO
Dari kajian yang dilakukan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), ada beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan harga minyak goreng. Salah satunya adalah harga CPO dunia yang sedang meningkat. Selama 2021, harga CPO mengalami kenaikan hingga 36,30% (year on year).
Peneliti Indef Rusli Abdullah memaparkan setidaknya terdapat empat faktor utama yang memicu kenaikan harga CPO. Pertama, terjadinya penurunan produksi CPO di negara produsen akibat Covid-19 serta gangguan cuaca. Misalnya, produksi CPO Indonesia pada 2021 sebesar 46,88 juta ton atau turun 0,31% dibandingkan produksi 2020 sebesar 47,03 juta ton.
Kedua, permintaan CPO mengalami kenaikan di pasar domestik maupun pasar ekspor. Untuk permintaan minyak sawit di dalam negeri saja terjadi kenaikan 6% dari 17,34 juta ton pada 2020 menjadi 18,42 juta ton pada 2021.
Faktor ketiga yang turut memicu kenaikan harga CPO adalah kenaikan harga komoditas energi, seperti minyak mentah, gas, dan batu bara. Semakin mahalnya harga komoditas energi tersebut mendorong terjadinya substitusi energi fosil dengan menggunakan sumber energi yang berasal dari biofuel.
Faktor keempat, terjadinya gejala commodity supercycle di masa pandemi Covid-19 saat ini melahirkan fenomena spekulasi di pasar komoditas, termasuk pada pasar CPO. Masifnya stimulus fiskal yang digelontorkan berbagai negara dunia selama masa pandemi menyebabkan bertambahnya uang beredar, sehingga memicu inflasi.***(Red).
Posting Komentar