Perayaan Nyepi di Bali dan Ogoh-ogoh


Bali, (potretperistiwa.com) - Hari raya Nyepi adalah hari besar bagi umat Hindu untuk  memperingati pergantian Tahun Baru Saka. Di hari ini umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu sebuah laku kerohanian dengan cara tidak bepergian,  tidak beraktivitas/bekerja, tidak menikmati bermacam hiburan, dan tidak menyalakan api atau lampu. Di saat Nyepi ini umat Hindu berkontemplasi dan dianjurkan berpuasa sehari penuh.


Di Bali karena mayoritas penduduknya adalah umat Hindu, maka selama 24 jam penuh di hari Nyepi ini seluruh pelosok di Bali suasananya sepi senyap, dan di malam harinya gelap gulita. Jaringan internet pun dimatikan. Bagi penduduk Bali yang beragama selain Hindu juga ikut menghormatinya dengan berdiam di rumah saja, dan malam harinya juga tidak menyalakan lampu. 


Ada serangkaian prosesi yang dilakukan sebelum Nyepi. Pertama adalah upacara Melasti, yaitu upacara untuk membersihkan semua kotoran yang ada di badan dan pikiran serta alat-alat upacara dengan air laut. Prosesi Melasti ini dilakukan dua atau tiga hari sebelum nyepi, dan dilakukan secara bersama oleh warga masyarakat sedesa.


Prosesi selanjutnya yaitu sehari menjelang Nyepi, dilakukan Tawur dan Pengrupukan, yang bertujuan menyeimbangkan sari-sari alam dengan melakukan persembahan kepada Bhuta (roh jahat) sehingga tidak mengganggu manusia dan bisa hidup berdampingan secara harmonis. Pelaksanaan upacara Tawur ini adalah dengan mempersembahkan nasi lima warna yang berjumlah 9 paket lengkap dengan lauknya. Setelah Tawur dilakukan, dilanjutkan dengan Pengrupukan, yaitu menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, dan memukul berbagai benda hingga menimbulkan suara ramai.


Pawai ogoh-ogoh adalah salah satu bentuk kreasi masyarakat di saat malam pengrupukan ini. Berbagai bentuk ogoh-ogoh (boneka raksasa) yang didominasi dengan wajah yang menyeramkan diarak keliling desa oleh kelompok muda-mudinya diiringi dengan gamelan dan terkadang musik cadas keras menggema.

Di saat pawai Ogoh-ogoh ini banyak muda mudi tumpah ruah menyaksikannya di sepanjang jalan yang akan dilaluinya. Tidak ketinggalan anak-anak kecil yang merasa senang dan terhibur denga kreasi bentuk Ogoh-ogoh yang dipertunjukkan.

Di masa pandemi Covid ini, sudah dua tahun belakangan pawai Ogoh-ogoh ini dilarang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali. Namun untuk tahun ini (2022) pelaksanaan pawai yang ditunggu-tunggu oleh muda mudi ini diperbolehkan dilaksanakan, setelah melalui perdebatan yang alot.*****(Agus Sutiarso).


Print Friendly and PDF

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama