Lurah Air Jamban Ikut Doakan Sunat Rasul Putra dari Ketua RT 02 Karang Ayer



Duri, (potretperistiwa.com) - Doa keselamatan sunat Rassul dàn sekaligus Doa Akikah yang dipandu dan panjatkan oleh Ustadz Mbah Sujatno, malam Sabtu (13/05/2022) sekira Pukul 19:30 WIB, terpantau juga dihadiri oleh Kepala Kelurahan Air Jamban Rahmadhani SSTP.


Kepala Lurah Air Jamban sengaja hadir untuk ikut mengaminkan doa pada Sunatan dan aqiqah Panca Radika Setiawan Putra dari Siswanto Ketua RT.02/RW.03 di kediamannya Ketua RT.02 di Jalan Karang Ayer 1 Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau. 


Selain acara doa bersama keluarga besar Ketua RT.02 ini juga telah menyiapkan hiburan tarian tradisional Jawa, yang menampilkan sekelompok prajurit perang yang tengah menunggang Kuda Lumping atau di sebut juga tarian Jaran Kepang ataupun disebut juga tarian Jathilan. 


Setelah Doa dan makan bersama para tamu undangan tersebut, di halaman rumahnya Ketua RT.02 di suguhkan Tarian yang berasal dari Ponorogo untuk menghibur pihak keluarga hajatan dan sekaligus menghibur para tamu undangannya. 


Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. 


Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, tetapi oleh Paguyuban Tradisional Jawa Kuda Lumping Sawung Walingi dalam penampilannya, kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. 


Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Ponorogo Pulau Jawa, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Pulau Sumatra. 


Konon, tari kuda lumping ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 11. 


Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. 


Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.***(Amir).

Print Friendly and PDF

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama