Bali, (potretperistiwa.com) - Padatnya aktivitas manusia berbanding lurus dengan produksi sampah yang dihasilkan. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula volume sampah pada suatu daerah. Layaknya Bali sebagai pusat pariwisata di Indonesia yang saat ini mulai mengalami kebangkitan kembali pasca pandemi Covid-19.
Setelah border antar Negara mulai perlahan dibuka sejak akhir tahun 2021,kunjungan wisatawan ke Bali meningkat signifikan per bulannya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, tercatat adanya peningkatan sebesar 57,10% atau 181.625 kunjungan wisatawan mancanegara yang terjadi per Juni 2022, dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Betul adanya bahwa ini adalah berita segar bagi Bali, namun di perspektiflain ada pula ancaman dibalik kebaikan ini. Salahsatunya adalah produksi sampah di Bali yang berpotensi akan meningkat signifikan.
Permasalahan sampah di Bali menjadi topik bertahan sejak beberapa tahun silam. Bali menjadi salah satu daerah dengan penyumbang produksi sampah terbanyak di Indonesia. Mengutip dari databoks.katadata.co.id, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukan bahwa Bali telah menghasilkan 915,5 ribu ton sampah sepanjang tahun 2021. Situasi ini sedikit banyak telah berdampak terhadap pesona Bali sebagai primadona destinasiwisata Indonesia.
Menanggapi hal tersebut maka pemerintah juga masyarakat memulai aksi pengelolaan sampah melalui TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yang terdistribusikan di berbagai area. Salah satu TPST yang representatif di Bali adalah TPST 3R Seminyak.
TPST 3R Seminyak merupakan salah satu pengolahan sampah terpadu yang dikelola secara mandiri oleh Desa Adat Seminyak. TPST ini diresmikan langsung oleh Bupati Badung, yaitu Bapak I Nyoman Giri Prasta, pada tanggal 12 Agustus 2003.
Dengan konsep manajamen “onestopsolution” berbasis kearifan lokal, TPST 3R didaulat oleh Kementrian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia) sebagai pilot project dalam penanganan permasalahan sampah di Indonesia. Berdiri diatas lahan seluas 15are, dengan status tanah 3are milik Desa adat dan 12 are menyewa dari milik Pemerintah Provinsi Bali.
Berbeda dengan beberapa TPST di Balilainnya, TPST Seminyak mencantumkan istilah 3R di namanya. 3R sendiri merupakan singkatan dari reduce, reuse, dan recycle. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana cara mengolah serta tujuan dari terbentuknya tempat pengolahan sampah ini,yaitu mengarahkan masyarakat agar dapat mengenal sampah berdasarkan jenisnya, dapat melakukan pengomposan mandiri dan bersama-sama dapat melakukan pemilahan sampah serta pengomposan tingkat kawasan.
Hasil dari pengomposan sampah tersebut akan dijadikan sebagai pupuk organik yang terjangkau namun berkualitas bagi masyarakat dengan disisi lain juga dapat mendongkrak perekonomian daerah.
TPST 3R Seminyak telah dikelola secara mandiri oleh Desa Adat Seminyak. Hingga saat ini, mereka sudah berkembang dan banyak dikenal oleh masyarakat sekitar.
Dalam dinamika operasinya, TPST 3R Seminyak telah memiliki armada sebanyak 16truk dan pick-up, 2 loader, dan puluhan tenaga kerja. Hingga September 2022, TPST 3R Seminyak telah melayani pengelolaan sampah dari sebanyak 478 rumah tangga dan 874akomodasi wisata. Sesuai dengan lokasinya maka TPST ini bertugas untuk mengelola seluruh sampah yang berada di daerah Badung, Seminyak, dan sekitarnya. Mengingat daerah tersebut merupakan kawasan pariwisata yang padat akan wisatawan, maka TPST 3R Seminyak memiliki peran yang sangat esensial dalam menjaga kebersihan yang merupakan bagian dari citra sebuah destinasi wisata.
Perharinya TPST 3R Seminyak dapat mengolah sampah sekitar 30 ton. Proses awal pengolahan dimulai dari layanan pengambilan sampah oleh truk dan loader dari rumah tangga dana komodasi wisata yang tergabung dalam TPST3R Seminyak. Sesampainya di lokasi, sampah-sampah tersebut akan dipilah kembali, antara yang botolbeling, organik, dan anorganik. Botol beling dibedakan lagi menjadi 2, botol beer akan dikumpulkan dan dikembalikan kepada pabrik asalnya masing-masing untuk kembali dipergunakan, sedangkan botol minuman berakohol kainnya diluar beerakan dikumpulkan dan diserahkan kepada pihak ketiga, untuk dihancurkan dan diproses guna keperluan lainnya yang menggunakan media beling. Selanjutnya, sampah organik akan langsung diolah di TPST 3R Seminyak untuk dijadikan sebagai pupuk kompos yang akan dijual kepada semua jasa pariwisata yang memili kita mandi Desa Adat Seminyak. Selain kompos, merekapun berinovasi untuk menciptakan produk baru dari hasil sampahan organik. Sampahan organik akan dipilah dan dicacah untuk kembali dijual,dan beberapa dipergunakan untuk membuat suatu produk baru, seperti papan atau balok yang dapat menghasilkan suatu karya seni,seperti seni lukis, seni ukir,dll.
Selanjutnya sampah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan akan dialihkan ke TPA Suwung. nantinya, hasil dari penjualan kompos maupun bank sampah tersebut dipakai untuk menjangkau biaya operasional TPST3R Seminyak.
TPST 3R Seminyak telah memiliki kerjasama yang baik dengan beberapa stakeholder besar. Salah satunya adalah pada tahun 2007, TPST3R Seminyak mendapatkan dukungan dari Coca Cola Europacific Partners (CCEP) berupa traktor,mesin pembersih pantai, serta dana operasional sebagai bentuk sinergi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Mereka menyadari bahwa sinergi, kolaborasi dan kontribusi merupakan aspek penunjang keberlanjutanusaha (sustainability).
Harapannya kerjasamaini dapat menjadi acuan bagi perusahaan besar lainnya agar turut berkontribusi dalam mengelola sampah-sampah, khususnya di wilayah Seminyak, Bali. Apalagi TPST 3RSeminyak memiliki learning center yang dapat memfasilitasi kunjungan belajar dan program lainnya terkait pengelolaan sampah.
Berdasarkan hasil observasi kami, dinamika pengelolaan TPST 3R Seminyak dapat dikatakan sudah cukup baik. Walaupun tempatnya sedikit berdekatan dengan beberapa pemukiman penduduk, namun tidak ada bau menyengat yang menganggu kenyamanan masyarakat. Prosedur kerjanyapun sudah terdistribusi dan terstruktur dengan baik.Didukung pula dengan adanya tahap pengolahan3R yang inovatif sehingga sampah-sampah tersebut dapat diproses menjadi sesuatu yang kembali memiliki nilai kegunaannya. Walaupun begitu, tetap saja TPST 3R Seminyak memiliki tantangan,terutama di masa tingginya volume kunjungan wisatawan. Semakin banyak wisatawan,maka akan semakin banyak pula sampah yang akan dihasilkan, terutama dari akomodasi pariwisata.
Saat volume sampah mengalami peningkatan yang signifikan makaT PST 3R Seminyak memiliki tantangan untuk dapat mengelola sampah yang tertumpuk secara efektif dan efisien mengingat wilayah operasionalnya yang tidak terlalu luas.
Keberadaan TPST 3R Seminyak menjadi tokoh penggerak yang representatif bagi keberlangsungan pariwisata berkelanjutan di Provinsi Bali khususnya. Apabila tidak ada keberadaan TPST ini maka sampah-sampah hasil produksi dari kegiatan pariwisata akan berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem setempat.
Selain itu, citra dari destinasi tersebutpun berpotensi memburuk sehingga berakhir suatu destinasi mengalami penurunan minat dari wisatawan. Namun, TPST 3R Seminyak tidak dapat berkontribusi sendiri dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan yang bersih dari sampah dan masalah turunan lainnya. Melainkan dibutuhkan sinergi dari tiap-tiap individu, seperti rumahtangga, pengelola destinasi, pengusaha pariwisata, bahkan wisatawan yang berkunjung sekalipun. Dengan kata lain, kesadaran kolektif dibutuhkan di sini. Mulai dari sesuatu yang kecil, yaitu memulai memilah sampah secara mandiri untuk membantu proses pengolahan sampah yang lebih optimal.***
Penulis :
Hellen Aprilianti_21221001
Angelina Hartono_21221002
Andika ArmandinoPutra_21221011
IKadek Oscar Surya Tama_21221015
Kadek Adi Prawira_21221029
Mahasiswa Prodi Manajemen Pariwisata Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional, Denpasar.
Posting Komentar