Tingkatkan Kapasitas Pelaku Wisata, Pokdarwis Desa Pupuan Gianyar Selenggarakan Pelatihan


 

Bali, (potretperistiwa.com) - Desa Pupuan adalah Desa Agraris yang berada di Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangli. Memiliki lokasi yang strategis, potensi alam yang menarik, dan produktifitas pertanian yang bagus menjadi salah satu alasan bagi Kepala Desa Pupuan, I Wayan Sumatra untuk semakin mengoptimalkan potensi kepariwisataan tersebut untuk mendorong Desa Pupuan menjadi salah satu Desa Wisata di Kabupaten Gianyar. Untuk mendorong pengembangan Desa Wisata Pupuan Tim Dosen dari Kampus IPBI (Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional) melakukan kegiatan pendampingan selama 8 bulan untuk meningkatkan kapasitas pokdarwis dan pengelola desa wisata sehingga menajemen dan pengelolaan desa wisata dapat dilakukana dengan lebih optimal. 


Dalam rangka mewujudkan tata kelola desa wisata yang baik, maka tim dosen IPBI yang dikomandoi oleh I Nyoman Arto Suprapto melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan peningkatan kapasitas pokdarwis, pengelola unit usaha desa wisata dan Perangkat Desa Pupuan Kabupaten Gianyar dengan melaksanakan kegiatan pelatihan pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Pupuan yang  bekerja sama dengan Yayasan Desa Wisata Nusantara (Dewisnu), Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Provinsi Bali, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Duta Digital Kabupaten Gianyar. Kerjasama ini dilaksanakan sebagai bentuk kolaborasi pendampingan kepada masyarakat untuk mengoptimalkan pengembangan Desa Wisata Pupuan.   


Kegiatan pelatihan tata kelola desa wisata ini dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Desa Pupuan dengan menghadirkan beberapa narasumber yaitu 1) I Nyoman Buana selaku Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata di Kabupaten Gianyar, 2) I Nyoman Kandia selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Kabupaten Gianyar dan Ketua Desa Wisata Nusantara (Dewisnu) dan 3) Jro Kadek Suardika selaku Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Provinsi Bali, Kemendes, PDTT. Pelatihan ini diikuti oleh 40 orang peserta yang terdiri dari Perangkat Desa (Pemdes) Pupuan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pupuan, Baga Utsaha Padruwen Desa Aadat (BUPDA), Kepala Kewilayahan (Kadus), Pokdarwis, Pengelola Unit Usaha Desa Wisata dan didampingi oleh Duta Digital Kabupaten Gianyar. 


Nyoman Buana selaku Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata di Kabupaten Gianyar, yang sekaligus juga merupakan mantan manager Monkey Forest Ubud (2014-2019) memaparkan materi terkait dengan “Kebersihan Lingkungan, Sanitasi Lingkungan dan Citra Desa”. Adapaun pembahasan materi yang dipaparkan sangat terkait dengan penyelenggaraan komponen 4A yang harus ada di desa wisata, meliputi Attraction, Amenities, Accesbility, dan Anciliary. Pada materi ini peserta diminta untuk mengidentifikasi komponen 4A yang ada di Desa Wisata Pupuan. Hasil identifikasi kemudian dijadikan bahan untuk membuat paket wisata di Desa Wisata Pupuan. Paket Wisata yang disusun seyogyanya merupakan kombinasi antara potensi yang dimiliki desa dan potensi yang dimiliki masyarakat secara pribadi. Hal ini untuk menciptakan sinergi antara desa dan masyarakat. Dalam penyelanggaraan desa wisata, salah satu hal krusial yang harus diperhatikan adalah kebersihan lingkungan dan sanitasi. Kebersihan menjadi tanggung jawab bersama antara pengelola desa wisata, pokdarwwis dan masyarakat. Menjaga kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, pemilahan sampah sampah organik dan anorganik, membersihkan saluran air/irigasi dan membuat aturan terkait pengelolaan sampah baik dalam bentuk perdes atau awig-awig (aturan adat) yang dipatuhi oleh masyarakat desa.


I Nyoman Kandia sebagai pemateri kedua membawakan materi terkait “Guiding di Desa Wisata”. Guiding adalah salah satu hal penting dalam penyelenggaraan desa wisata karena guide (pemandu wisata) akan menjadi orang yang memnyampaikan informasi terkait desa wisata secara langsung kepada wisatawan. Dengan demikian seorang guide harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga mudah dipaahami oleh wisatawan tetapi tetap menarik untuk disimak oleh wisatawan. Dalam pelaksanaan proses guiding, seorang guide harus menggunakan buku panduan desa wisata (official handbook Desa Wisata Pupuan) sehingga adanya kesamaan penjelasan terkait daya tarik wisata di desa oleh para pemandu wisata. Selain menyediakan pemandu lokal, desa wisata juga harus memiliki branding yang menarik. Desa Wisata Pupuan bisa menggunakan branding “The Beauty of North Ubud” untuk lebih mudah memperkenalkan dan mengenang Desa Pupuan. Pada sesi ini juga melaksanakan praktek guiding peserta pelatihan dapat mempraktekan materi-materi yang sudah disampaikan sebelumnya.


Jro Kadek Suardika memaparkan materi terkait “Revitalisasi Pariwisata Berkualitas Melalui Desa Wisata”. Penyelenggaraan desa wisata harus dilakukan oleh orang-orang yang mau menggerakkan masyarakat dan ikut aktif mendorong pembangunan di desa. Pada moment ini masyarakat harus menjadi subjek pembangunan di desa dan harus disesuaikan dengan potensi dan karakter desa sehingga tidak terjadi penjiplakan konsep, tema dan karakter wisata yanag gakan dibangun di Desa Pupuan. Dengan demikian konsep Tri Hita Karana harus dapat diimplementasikan dengan baik di Desa Pupuan karena pada desa wisata terdapat sumber daya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Selanjutnya konsep 4A pada destinasi pariwisata harus dapat bersinergi dengan konsep 5C dalam penyelenggaraan desa wisata antara lain yaitu Concept, Commitment, Collaboration, Consistent, Cash Flow.


Dari kegiatan pelatihan ini output yang diharapkan adalah terjadinya peningkatakan kapasitas pada pelaku pariwisata di Desa Pupuan maupun pada kelembagaan desa sehingga memudahkan dalam proses sinergi membangun Desa Wisata Pupuan. Selain itu output dari kegiatan pelatihan ini adalah terlah dibentuknya branding Desa Wisata Pupuan yaitu “The Beauty of The North Ubud”. Selain itu sudah dibentuk paket-paket wisata untuk nantinya dapat dipasarkan baik itu melalui website, social media atau market place.***


Penulis: I Nyoman Arto Suprapto S.T., M.Si, Dosen pada Prodi DIV Manajemen Pariwisata Institut Pariwisata dan Bisnsis Internasional (IPBI).

Print Friendly and PDF

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama