Gadis Manis Tak Henti Menangis

Cerita Pendek (Cerpen)

Oleh: Rajakhayal Hutahaean


Duduk di bangku tua itu, dua kekasih yang bertahun menjalin asmara harus berpisah, berakhir sudah impian cinta, kini tersisa hanya tinggal puing-puingnya dimana mimpi yang indah tiada jadi nyata seperti terkikis ombak menerpa, Indah yang dulu disayangi Andika kini harus ditinggal pergi.


"Dimanakah janji yang suci... yang kata abang tak berbagi?", kata gadis berambut panjang itu sembari mengusap air matanya.


" Ku ingin kau mengerti apa yang kualami.., karena takdir diriku harus melangkah jauh dari darimu..!", ungkap Andika tegas tak tega.


"Jika aku dapat bertanya.., adakah salah diriku ini..? kumohon sebutlah, agar adek terjauh dari prasangka cemburu!", tutur gadis manis sembari menatap lelaki berwajah lembut mempesona itu.



" Tidak ada salah dirimu sayang.., tapi salah diriku sendiri sebab tak mudah memenuhi syarat dari ayahmu, emas dan permata sebagai hantaran cinta untuk meminangmu'', ujar pria bujangan sambil meremas lembut jemari lentik perempuan cantik itu.


Mendengar penuturan jujur itu seakan bergulung ombak laut menghantam jiwa gadis manis itu, seperti ingin rasanya Indah pulang ke rahim ibunya dan tak pernah terlahir lagi.


Kedua sejoli itu saling diam dan tak banyak bicara dan mereka seakan terpaku di atas bumi, kini mereka saling memandang sementara  tangan yang tadinya saling memegang kini perlahan tapi pasti saling melepas dengan berat hati.


Sebelum kaki mereka  melangkah saling menjauh, Andika dengan suara melemah tetapi tegas berkata, "Indah  gadis manis.., janganlah menangis.., ada suka dan duka dalam cinta dan gadis manis janganlah menangis.., masih ada seribu pengganti.., biar putus cinta jangan putus asa.., gadis manis tersenyumlah manis..".



Hari  itu bulan meninggalkan malam, pasangan kekasih itu  bersama berdiri berlainan arah melangkah pergi meninggakan bangku tua.


Andika berjalan membuang rindu di hati menjauhi Indah, sementara wanita bertubuh molek itu juga tertunduk berjalan menahan tangisnya yang pecah di batu dan duka gadis itu remuk di dada.


Melihat tangisan kepedihan itu seakan rembulan malam  berucap, "CINTA KADANG DATANG, WANGI SEJUTA KEMBANG..., CINTA KADANG PERGI, ADUH.. PERIH DI HATI..! YANG PUTIH JADI KELAM KINI..., Gadis Manis Tak Henti Menangis..!".

Print Friendly and PDF

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama