Memulai Wirausaha


 

Oleh: Budi Susanto (Dosen Politeknik Negeri Bali)


Bali, (potretperistiwa.com) - Secara empiris banyak pengusaha besar di Indonesia saat ini di awali dari usaha kecil rumahan. Gudang Garam, Sampoerna, Indah Kiat dan usaha-usaha besar lainnya tidak tiba-tiba lahir menjadi perusahaan besar. Semuanya diawali dari usaha kecil, yang jatuh bangun. Karena ketekunan, konsistensi dan manajemen yang baik maka usaha-usaha kecil itu bisa tumbuh menjadi perusahaan besar dan terus tumbuh selama beberapa generasi.


Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyatakan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia per 2022 baru mencapai 3.4 persen. Idealnya agar Indonesia menjadi negara maju maka jumlah pengusahanya 14 persen (Hafiyyan. Maret 17, 2022. Bisnis.com.)


Banyak orang bertanya-tanya bagaimana cara merintis suatu usaha kecil sebelum menjadi usaha yang besar.  


Sebelum memulai usaha tentunya perlu ditetapkan jenis usaha yang sesuai dengan passion anda. Produk itu bisa berupa jasa seperti les privat, laundry, pengetikan ataupun produk berupa barang seperti makanan, alat rumah tangga, alat dan media pertanian dan lainnya. 


Secara umum sudah beberapa kendala psikologis yang dihadapi masyarakat sebelum memulai suatu usaha. 


Rasa malu

Banyak orang merasa malu untuk membuka suatu usaha, apalagi jika yang bersangkutan memiliki jenjang pendidikan tinggi.  Menenteng barang, brosur atau menjaga dagangannya dan dilihat banyak orang merupakan tantangan tersendiri. Tidak semua orang bisa melakukannya. Ini tantangan yang sangat sulit. 


Ada beberapa cara untuk meminimalkan rasa malu tersebut. 

Memulai usaha dari rumah dan menjualnya secara online. 

Menjual barang dari rumah bisa mengurangi rasa malu. Tidak akan ada orang di jalan yang melihat anda meneteng barang atau brosur.

Membuat daftar kontak teman atau kerabat yang memungkinkan menjadi pasar produk anda. Buatkan list kontak dan kirim WA kepada mereka dan tawarkan produk anda.

Ikut membantu kawan atau kerabat jualan. Bisa dalam bentuk pengantaran barang, menjaga toko, ataupun kegiatan produksi lainnya.


Mindset

Banyak orang beranggapan bahwa usaha itu identik dengan toko besar, pabrik besar rumah makan besar, grosir besar. Jarang terpikirkan bahwa menaruh meja di teras rumah dan diisi beberapa ikat sayur, dan beberapa kilo buah juga merupakan usaha. Tidak juga terpikirkan bahwa memasang spanduk di pagar rumah yang berisi jasa cuci motor juga usaha. Akhirnya banyak orang takut memulai usaha karena dalam pikirannya terbayang bahwa untuk memulai usaha harus punya modal besar, tempat luas dan ada fasilitas kendaraan. 


Untuk mengawali usaha tentunya tidak harus dengan modal besar. Dengan selembar spanduk dan komputer bekas sudah bisa memulai usaha jasa pengetikan. Dengan satu meja bisa memulai usaha menjual sayur. Dengan HP bisa menjual barang-barang tidak terpakai, misalnya mengiklankan barang tersebut lewat OLX dan marketplace lainnya. 


Takut rugi

Takut rugi menjadi halangan psikologis berikutnya. Belum mencoba sudah terbayang ketakutan pada kerugian. Yang menjadi acuan sering kali orang lain. Ada orang buka usaha terus tutup dijadikan contoh. Tutup usahanya belum tentu rugi. Bisa jadi mereka tutup karena sedang ada kegiatan lain. Lagi pula setiap manusia itu memiliki jaringan (net working) masing-masing. Mereka memiliki kelebihan masing-masing baik dalam hal cara melayani orang, memanajemen waktu, memanajemen keuangannya, memanajemen karyawannya. Semua memiliki cara berbeda sehingga tidak bisa dianalogikan jika satu orang usahanya tutup maka orang lain juga akan tutup jika membuka usaha baru dan jenis usaha yang sama. 


Cara meminimalkan pesimisme seperti ini bisa dilakukan dengan jalan pemilihan produk yang tepat. Jika pemula dan belum memiliki pasar sebaiknya tidak memilih produk-produk barang yang perishable atau mudah rusak atau busuk. Produk berupa jasa lebih aman. Jasa laundry, cuci motor, penterjemah, mengecat rumah, membersihkan kebun, membuat desain dan lain lain. Semuanya tidak ada resiko rugi karena tidak harus mengeluarkan modal untuk membeli barang. Kalaupun perlu modal untuk membeli alat, alatnyapun masih bisa dijual lagi. Berbeda dengan modal untuk membeli produk makanan.


Setelah bisa mengatasi hambatan psikologis maka bisa mulai langkah berikut yaitu memilih jenis usaha dengan resiko paling rendah dan sesuai dengan passion. Passion bisa diartikan sebagai sesuatu yang jika dikerjakan terasa menyenangkan. Jika memiliki passion dalam masak memasak sebaiknya memilih usaha yang tidak jauh-jauh dari  kuliner. Mulailah suatu usaha kecil dengan skill, alat-alat dan modal yang sudah ada. Tidak disarankan untuk meminjam uang kepada pihak lainnya. Tekuni usaha tersebut dan tangani dengan benar, terutama dari sisi keuangan. Sebaiknya usaha rintisan tersebut tidak dibebani dengan kewajiban menutup hutang, membayar listrik, membayar spp dll. Jika itu terjadi maka besar kemungkinan usaha tersebut tidak akan bisa tumbuh dengan baik. Bisa jadi sebaliknya akan tergerus habis modalnya. ***

Print Friendly and PDF

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama